MEDIAKATA.COM, SUKAPURA – Kebakaran di kawasan padang sabana Bromo hingga Jumat (8/9/2023) malam belum berhasil dipadamkan. Medan terjal dan embusan angin kencang jadi kendala utama pemadaman kebakaran lahan yang dipicu kecerobohan saat foto prewedding itu.
Dilansir dari Radarbromo, Kepala Seksi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Wilayah I Didit Sulistyo mengatakan, sampai kemarin sore (8/9/2023), api belum berhasil dijinakan. Api terus menyebar. Bahkan, ke puncak bukit Teletubbies, sebutan padang sabana di kawasan Ngadirejo, Kecamatan Sukapura.
“Lokasi sangat curam. Ada di puncak bukit, serta bahan yang mudah terbakar sangat tebal,” ujarnya. Ditambah, embusan angin cukup kencang.
Sejauh ini, pihak TNBTS belum bisa memastikan berapa luasan lahan yang terbakar. Hanya saja sampai Kamis (7/8), lahan yang terbakar kurang lebih 50 hektare. “Kami masih fokus pada pemadaman apinya saat ini,” ujarnya.
Kondisi padang sabana yang masih terbakar membuat kawasan Gunung Bromo sejauh ini masih ditutup. Didit pun menyayangkan insiden foto prewed yang berujung memicu kebakaran padang sabana Bromo.
“Ini hal kecil, tapi akibatnya sangat fatal, tentu kami sangat menyesalkan. Dan, kami hingga saat ini masih terus melakukan proses pemadaman,” jelasnya.
Kebakaran di padang sabana Bromo itu juga menjadi kekhawatiran warga Tengger. Salah satu tokoh Masyarakat Tengger Supoyo mengatakan, kebakaran yang terjadi saat ini merugikan masyarakat setempat.
Polusi udara akibat sisa kebakaran yang tertiup angin, bisa jadi problem. Warga bisa terkena penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
“Namanya kebakaran, tentu banyak latu (Sisa kebakaran) yang tertiup angin. Bisa menyebabkan ISPA. Namanya polusi, sisa-sisa di depan rumah akibat kebakaran itu banyak,” katanya.
Selain itu, sektor ekonomi pun terganggu. Sebab, kawasan wisata masih ditutup. Hal itu juga berimbas pada warga Tengger yang menggantungkan hidupnya dari sektor usaha wisata.
“Tidak ada ceritanya warga masyarakat Tengger marah kemudian berunjuk rasa. Yang ada, marah karena lelah setelah membantu tim memadamkan kebakaran,” ujarnya.
Kawasan Bromo, begitupun pada sabana, diungkap Supoyo, merupakan tempat sakral bagi masyarakat Tengger. Sehingga, ia meminta agar masyarakat ikut menjaga kawasan tersebut.
“Pada musim kemarau ini, wisatawan jangan membawa alat-alat yang mudah memicu kebakaran. Mari, kita jaga bersama. Mudah-mudahan kejadian ini yang terakhir dan tidak terulang kembali,” harapnya.
Sementara itu, Sekertaris Dinas Kesehatan Mudjoko mengatakan, Pihaknya terus melakukan pemantaun situasi kebakaran. Terutama dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
“Sejauh ini, Yankes (pelayan kesehatan) atau puskesmas di kawasan setempat terus melakukan deteksi dini dampak kemungkinan-kemungkinan yang ada. Termasuk pada penyakit pernapasan,” jelasnya.
Sejauh ini, belum ditemukan masyarakat yang mengalami gangguan pernapasan di Sukapura, wilayah dekat kebakaran. Meski begitu, pihaknya terus meminta kepada masyarakat agar menggunakan masker apabila situasi dirasa membahayakan untuk kesehatan.
“Belum ada laporan masyarakat yang mengalami gangguan pernapasan. Masyarakat perlu mengukur diri, situasi, dan kondisi sekitar. Jika angin berembus dan membawa polusi, kami imbau pakailah masker,” ajaknya.
[TSN]