Dok.Ketua DPRD Kota Bontang Andi Faizal Sofyan Hasdam saat diwawancarai awak media. (Nuraini/Mediakata.com)
MEDIAKATA.COM, Bontang – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang Andi Faizal Soyan Hasdam menyangkan, angka stunting di Bontang termasuk yang paling tinggi di Kalimantan Timur. Padahal, Berdasarkan data yang baru dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Bontang diketahui menjadi kota kedua di Kaltim dengan angka kemiskinan paling sedikit yakni diangka 4,11 persen.
Sementara itu, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevelensi stunting Bontang berada di angka 27,4 persen. Yakni urutan kedua tertinggi setelah Kutai Timur (Kutim).
Politisi Partai Golongan Karya (Golkar) itu mengatakan, dirinya mengapresiasi dan bersyukur atas pencapaian Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang dalam mengurangi angka kemiskinan.
Akan tetapi, permasalahan stunting menurutnya merupakan pekerjaan rumah (PR) yang masih harus dituntaskan pemerintah.
“Harus lebih gencar dalam pemberian edukasi kepada masyarakat, khususnya yang telah atau akan berkeluarga, guna melakukan pencegahan dan penanganan stunting,” ungkapnya kepada wartawan Mediakata.com, saat dijumpai usai rapat Paripurna ke-18 Masa Sidang III DPRD Kota Bontang tentang Penandatanganan Nota Kesepakatan Antara Wali Kota dan DPRD Atas Rancangan KUA dan Rancangan PPAS APBD Tahun Anggaran 2025, Senin (12/8/2024).
Pasalnya, penanganan stunting tidak hanya persoalan memberikan asupan bergizi bagi bayi yang baru lahir. Akan tetapi, harus dicegah dari sebelum seseorang menikah.
Maka dari itu, edukasi pranikah dan kepada ibu hamil juga perlu digencarkan. Karena banyak faktor yang saling barkaitan terkait penyebab bayi atau balita itu mengalami stunting. Tingginya angka stubting bontang, baginya adalah sebuah tamparan bagi seluruh elemen masyarakat, utamanya pemerintah.
“Bontang inikan kecil, hanya tiga kecamatan, dan penduduknya sangat sedikit, sangat disayangkan angka stunting kita justru tinggi,” kata dia.
Guna menekan angka stunting, kata Andi Faiz, diperlukan kerjasama seluruh pihak dan juga penanganan khusus. Harapannya, anggaran yang ada benar-benar dimaksimalkan untuk menyasar tepat kepada bayi atau balita yang rawan stunting.
“Kalau kata Presiden Jokowi anggaran stunting besar tapi kebanyak dipakai buat rapat daripada memberikan intervensi,” Tutupnya.
Adv/NR/59