MEDIAKATA.COM, Kukar – Pemerintah Kecamatan Samboja Barat menghadapi tantangan serius dalam pengembangan sektor pertanian, khususnya pada komoditas padi. Camat Burhanuddin mengungkapkan bahwa keterbatasan lahan menjadi faktor utama penyebab menurunnya produksi pangan berbasis padi di wilayahnya.
“Untuk padi, kami sangat terbatas. Lahan hanya sekitar 55 hektare. Selebihnya sudah berubah jadi pemukiman,” ujarnya pada Sabtu (23/8/2025).
Perubahan fungsi lahan yang dulunya merupakan area persawahan kini menjadi kawasan permukiman menyebabkan penurunan signifikan dalam produksi lokal. Ketersediaan beras yang bergantung pada hasil panen di wilayah ini pun semakin terbatas, tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
“Jumlah 55 hektare itu jelas sangat kecil dibandingkan kebutuhan warga,” katanya.
Selain sempitnya lahan, persoalan pasokan air juga menjadi hambatan. Sulitnya sumber air mengakibatkan biaya produksi melonjak dan produktivitas menurun, hingga membuat sejumlah petani memilih tidak menggarap lahannya.
“Kalau air susah, otomatis biaya lebih besar. Banyak tanah yang akhirnya tidak digarap,” ungkap Burhanuddin.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa sebagian lahan pertanian bahkan telah dijual atau dialihfungsikan menjadi kaplingan untuk hunian, yang makin mempersempit ruang bagi petani padi.
“Ada lahan yang akhirnya dibiarkan kosong, bahkan ada yang berubah jadi kaplingan,” jelasnya.
Namun di tengah keterbatasan tersebut, Samboja Barat tidak kehabisan arah. Camat Burhanuddin menilai, potensi sektor hortikultura kini menjadi alternatif yang menjanjikan bagi keberlanjutan pertanian di daerahnya, khususnya dengan metode hidroponik.
“Sekarang hortikultura jadi harapan baru bagi petani di Samboja Barat,” sebutnya.
Produksi sayuran hidroponik di Samboja Barat bahkan telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kawasan ini kini dikenal sebagai salah satu penyedia utama kebutuhan sayuran segar untuk Kota Balikpapan yang berbatasan langsung.
“Kelurahan Bukit Merdeka bantu suplai 80 persen kebutuhan sayuran hidroponik ke Balikpapan,” tuturnya.
Jenis tanaman yang mendominasi produksi adalah sawi dan berbagai jenis sayuran daun. Keunggulan kualitas hasil panen menjadikan Samboja Barat makin diperhitungkan sebagai sentra hortikultura modern di Kukar.
“Sawi dan sayur daun lain cocok ditanam dengan sistem hidroponik, dan hasilnya sudah terbukti bagus,” ucap Burhanuddin.
Melihat potensi tersebut, pihak kecamatan mendorong pemerintah daerah agar memberikan perhatian lebih terhadap sektor hortikultura, termasuk dari sisi pelatihan, distribusi pupuk, hingga jaminan pasar bagi petani.
“Hidroponik sudah terbukti menopang ekonomi warga. Tinggal bagaimana kita kembangkan lebih serius,” pungkasnya.












