MEDIAKATA.COM, Kukar – Sejumlah titik pantau di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), mendapat kunjungan tim penilai Adipura 2025 dalam rangka evaluasi nasional terkait pengelolaan kebersihan dan lingkungan perkotaan. Kunjungan tersebut menjadi bagian dari proses penilaian rutin yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terhadap kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kukar, Slamet Hadiraharjo, menjelaskan bahwa proses penilaian tidak bersifat instan. Tim hanya melakukan pengumpulan data di lapangan, yang kemudian akan dianalisis lebih lanjut oleh tim pusat di Jakarta.
“Hasilnya tidak langsung keluar. Setelah pemantauan, mereka akan evaluasi lebih lanjut di pusat. Biasanya hasil akhir baru akan diumumkan menjelang akhir tahun,” ujar Slamet, Selasa (30/9/2025).
Menurutnya, setelah tahapan pengumpulan data selesai, tim Adipura akan menggelar rapat pleno internal untuk membahas hasil temuan di setiap daerah. Seluruh data dari kabupaten/kota peserta akan dikompilasi dan dibandingkan sebelum keputusan akhir ditetapkan.
“Semua data dari berbagai daerah akan dirapatkan dulu di tingkat nasional, sebelum akhirnya diumumkan hasilnya,” tambahnya.
Meski tengah menjalani proses penilaian, Slamet menekankan bahwa Pemerintah Kabupaten Kukar tidak menjadikan Adipura sebagai satu-satunya tujuan utama. Ia menyebut komitmen membangun kota yang bersih dan sehat merupakan bagian dari tanggung jawab jangka panjang, terlepas dari hasil penghargaan.
“Adipura itu bonus. Yang utama adalah membangun kesadaran bersama untuk menjaga lingkungan. Kalau masyarakat sadar, hasilnya akan terlihat meski tanpa penghargaan,” tegasnya.
DLHK Kukar terus menggiatkan program pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, termasuk pengurangan volume sampah, pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), hingga kampanye peningkatan kesadaran masyarakat. Dan, dengan pendekatan kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat, Slamet berharap pola hidup bersih dan ramah lingkungan bisa menjadi budaya bersama, bukan hanya saat penilaian berlangsung.












