MEDIAKATA.COM, SAMARINDA – Puluhan massa tegabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Samarinda kembali berunjuk rasa di depan Mapolresta, Kamis (26/10/2023) kemarin.
Aksi tersebut merupakan kelanjutan dari aksi berbuntut represifitas oleh oknum Kepolisian Samarinda.
Mereka juga kembali menyikapi hak asasi manusia, terhadap kejahatan lingkungan, atau pejuang-pejuang adat, yang rentan bergesekan dengan aparat kepolisian.
“Satu diantaranya soal suku balik yang ada di Kecamatan Sepaku, yang mana bendungan itu merupakan wilayah tempat mereka hidup,” ungkap Ketua PMII Samarinda, Ahmad Naelul Abrori.
PMII juga menyoroti tragedi Kanjuruhan, yang mana 145 nyawa melayang, tetapi tidak ada yang bertanggung jawab.
“Itu tidak dipertanggung jawabkan secara benar oleh pihak kepolisian, terlebih negara ini,” katanya.
Terakhir merekapun menyoroti soal permasalahan tambang ilegal di Kota Tepian, yang dianggap aparat penegak hukum tidak serius dalam menanganinya.
“Saya yakin mereka (kepolisian) memiliki titik koordinat, dan pihak-pihak yang berada di level kelurahan maupun desa, untuk mengamati wilayah sekitar,” ujar Abrori.
[TSN]