Dok.Ilustrasi umbi-umbian sebagai bahan pangan yang mengandung karbohidrat selain nasi. (Ist)
MEDIAKATA.COM, SAMARINDA – Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Kalimantan Timur (Kaltim) mendorong masyarakat menyadari, terdapat kebutuhan karbohidrat selain nasi. Mengingat harga beras mengalami kenaikan, pihaknya pun mengantisipasi kebutuhan beras yang tinggi dengan mengkonsumsi pangan lokal.
Kenaikan harga beras yang secara signifikan dapat mempengaruhi daya beli masyarakat, telah memicu perhatian serius Pemprov Kaltim. Pasalnya, keadaan diversifikasi pangan menjadi solusi krusial untuk menghadapi tantangan ekonomi dan ketersediaan pangan.
Sebagai alternatif, seperti yang disampaikan oleh Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan DPTPH Kaltim Amaylia Dina, masyarakat didorong untuk mulai mempertimbangkan konsumsi karbohidrat lainnya, seperti umbi-umbian, jagung, kentang, sukun, dan sumber karbohidrat lokal lainnya yang memiliki ketersediaan yang lebih stabil.
“Mungkin lebih menggalakkan program untuk konsumsi pangan lokal. Jadi tidak melulu bergantung pada beras, misalnya sehari makan 3 kali. 2 kali makan nasi, 1 kali makan umbi-umbian dan semacamnya,” ungkapnya, Senin (26/2/2024).
Ia menjelaskan, dorongan tersebut pernah diungkapkan pihak DPTPH Kaltim saat menggelar Festival Pangan Lokal tahun 2023 lalu. Yakni dengan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kebutuhan karbohidrat tidak hanya ada pada beras dan terigu.
Menurutnya, meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa Kaltim kaya akan sumber pangan lokal selain beras, sangat perlu ditanamkan pada pemahaman orang banyak, terkhusus Kaltim.
Oleh karenanya, menggalakkan program stop boros pangan kini menjadi perhatian DPTPH Kaltim. Terlebih lagi, jumlah sampah yang dihasilkan makanan juga relatif banyak.
“Kami juga menggalakkan stop boros pangan. Jadi misalkan makan, itu tidak boleh berlebihan. Apa yang kita ambil di piring, itu harus dihabiskan,” jelasnya Dina.
Dina menuturkan, sampah makanan yang kian menumpuk juga memiliki bahayanya tersendiri. Seperti emisi gas rumah kaca yang dapat menyebabkan peningkatan pemanasan global secara serius.
Berdasarkan data sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim tahun 2023, sampah makanan merupakan sampah terbanyak di Benua Etam. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 51,11 persen. Kemudian sampah plastik sebesar 19,5 persen, serta sampah kertas dan karton sebesar 12,37 persen.
“Sampah makanan itu jumlahnya yang terbesar dibanding sampah plastik. Jadi kalau sampai terjadi banyaknya sampah makanan, itu karena pemborosan dan kedua merusak lingkungan,” urainya.
Ia pun berpesan, agar masyarakat mulai membiasakan diri untuk tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. Sebab, dampak negatif akan muncul jika masyarakat tidak dapat menghargai peran bahan pangan.
“Jadi kami harap, masyarakat tidak berbelanja makanan yang berlebihan. Biasanya memang suka yang banyak lapar mata tapi dari diri kita sendiri harus mulai menggerakan stop boros pangan,” pungkasnya Dina.
[RUL/TSN]