MEDIAKATA.COM, SAMARINDA- Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kaltim terus merawat peninggalan sejarah yang ada di daerah julukan Benua Etam ini. Namun, kendala yang dihadapi adalah kurangnya Sumber Daya Manusia atau SDM di bidang Aksara dan Bahasa. Ini nantinya, akan membantu pelestarian manuskrip kuno yang telah berhasil diarsipkan.
Seperti yang diungkapkan oleh Kepala DPK Kaltim, Muhammad Syfaranuddin melalui Seksi Deposit dan Alih Media, Fatimah Irny saat di sambangi media ini, Jumat (6/10/2023).
Manuskrip atau sering disebut naskah kuno adalah sebagian harta warisan budaya yang tergolong berharga. Karena pada teks tersebut terdapat informasi sejarah lokal dan kebudayaan lama yang penting untuk dipelajari.
Peran Perpustakaan dalam pelestarian naskah kuno terkandung dalam Undang – undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 dan 5 tentang Perpustakaan.
Oleh karenanya, Dinas Perpustakaan dan Kebudayaan Kalimantan Timur melalui seksi Deposit dan Alih Media menerangkan pentingnya peran Perpustakaan dalan pelestarian manuskrip tersebut.
Maka dari itu, Kepala DPK Kaltim, Muhammad Syfaranuddin melalui Seksi Deposit dan Alih Media, Fatimah Irny menegaskan bahwa tugas tersebut tidak hanya berhenti pada alih media namun diteruskan pada aksara dan bahasa. Terdapat kendala yang harus dilengkapi jika manuskrip bisa dimediakan dan bermanfaat.
“Tugas kami tidak hanya cukup alih media saja. Harusnya kita ada alih aksara dan bahasa. Itu adalah pr kami. Yang jadi kendala kami itu SDM yang ada tidak bisa mengerjakan, dua anggaran tidak ada,” ungkapnya.
Ia pun melanjutkan, terdapat perbedaan antara naskah kuno dengan koleksi langka. Dengan rentan waktu yang berbeda kondisi tulisan sangat berbeda.
“Kalo koleksi langka bisa saja sudah tercetak tapi jarang ada, malah dalam jangka waktu 30 tahun lalu bisa jadi langka. Tapi naskah kuno beda, yaitu hanya ada itu satu-satunya dan bertuliskan tangan,” jelasnya Fatimah Inry.
Terlebih dalam melestarikan naskah kuno. DPK Kaltim telah mendapatkan manuskrip dari beberapa keratin daerah seperti Paser, Berau, Kutai Barat, Kutai Kartanegara.
Uniknya naskah yanh ditemukan kebanyakan bertuliskan arab pegon dengan bahasa daerah.
“Naskah kuno yang kami temukan selama ini umumnya bertuliskan arab tapi berbahasa daerah. Ada bahasa bugis, ada melayu,” tuturnya.
Manuskrip sekarang tergolong hampir punah dan sulit untuk ditemukan. Dengan upaya melestarikan yang dilakukan DPK Kaltim harapannya program ini bisa selesai.
“Banyak yang memelihara maka sudah sepastinya kelestariannya bakal terjamin, melihat juga tata cara penyimpanannya yang kurang baik sehingga cenderung mudah lusuh dan rusak,” tutupnya.
[ADV/RUL/TSN)