MEDIAKATA.COM, SAMRINDA – Menjelang Hari raya Idul Adha 1445 Hijriah, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kalimantan Timur (Kaltim) secara intensif memantau kualitas serta kesehatan stok hewan kurban lokal, maupun dari luar Kaltim.
Hewan kurban seperti sapi dan kambing sudah menjadi binatang ternak ikonik dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri setiap tahunnya.
Kian meningkatnya permintaan stok menjelang Hari Raya, sudah semestinya hewan yang diperjualbelikan memiliki kualitas terbaik dan terbebas dari berbagai penyakit. Salah satunya, penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kepala DPKH Kaltim, Fahmi Himawan, menjelaskan, bahwa pihaknya telah mengantisipasi penularan penyakit pada hewan ternak sapi dan kambing. Tak hanya dilakukan menjelang lebaran, pemantauan serta tindakan pun terus dilakukan sepanjang tahun.
“Sebetulnya Idul Qurban ada atau tidak ada, memperhatikan hewan kurban itu sudah kita lakukan semenjak tahun 2022. Karena saat itu wabah PMK. Di Akhir Tahun 2022 kita mulai rutin melakukan program kegiatan terkait mengendalikan PMK,” ungkapnya Kepala DPKH Kaltim itu di ruangannya, Rabu (29/5/2024).
Fahmi menjelaskan, berdasarkan informasi yang diperolehnya dari aplikasi Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA), hewan ternak yang mengalami PMK telah menurun secara drastis sejak kemunculannya di tahun 2022.
“Alhamdulillah, kondisi PMK di Kaltim sudah landai sudah membaik. Walaupun kasus lain juga ada, kita sudah bisa menanganinya. Karena sekarang vaksin sudah kita lakukan, jadi tidak banyak yang mati. Meskipun ada tapi gak banyak,”
Tak ingin terindikasi penyakit di hewan ternak, lanjutnya, guna memastikan hewan ternak dalam kondisi sehat, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan pihaknya bersama UPTD Lab Keswan dan Kesmavet. Diantaranya, seperti pemberian vaksin, pemberian eartag, karantina, uji lab, dan pemeliharaan.
“Salah satu rekam vaksin itu terlihat dari eartag yang sudah kita pasang di setiap hewan yang ada di Kaltim. Dan sapi-sapi yang datang dari luar pun ada kewajiban untuk punya eartag dan keterangan kesehatan hewan,”
“Kecuali di tempat hijau, yang artinya statusnya tidak ada kasus maka mereka memang tidak dilakukan vaksin. Tapi ketika datang ke sini kemudian terindikasi, harus divaksin oleh teman-teman. Kan jauh ya, bisa saja tertular saat diperjalanan. Meski ada eartag, tetap kita lakukan pemantauan dan pemeliharaan,”
Fahmi pun menyebutkan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai penyedia stok hewan kurban, pernah memiliki riwayat PMK. Meski begitu, pihaknya akan melengkapi kebutuhan, jika kuota di Kaltim mengalami perubahan.
DPKH Kaltim telah memperkirakan, bahwa pada 2024 , kebutuhan hewan kurban di Benua Etam akan meningkat sebanyak 2,5 persen ketimbang tahun 2023. Sehingga, diperlukan 17.000 stok sapi dan kambing yang akan disalurkan di 10 Kabupaten Kota.
Kadis itu menegaskan, pelaporan kesehatan hewan dilakukan di aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS).
“Karena itu, pemantauan ketat ini sudah dilakukan bukan hanya di level provinsi saja. Tapi juga di Kabupaten Kota, jadi bisa dilaporkan keadaan hewan-hewan yang masuk ke Kaltim maupun peternak lokal,”
Kata dia, mendekati hari perayaan kurban, DPKH Kaltim akan membentuk tim investigasi, untuk memastikan, hewan kurban di setiap lokasi pemotongan dalam kondisi sehat.
“Untuk persiapan berkurban, kami akan menyiapkan tim. Dan tugasnya, mereka akan turun untuk memastikan hewan kurban yang dijual itu tidak terkena penyakit. Nah tim itu akan turun biasanya nanti kita turunkan sekitar 2 hari sebelum hari H pada saat hari H dan 1 hari sesudah hari H,”
Fahmi pun berharap, dengan upaya yang telah dilakukannya, seluruh hewan kurban, baik sapi maupun kambing di Hari Raya Idul Adha 1445, dalam kondisi terbaik.
“Lewat pemantauan ketat tadi, saya berharap, kita sebagai DPKH mau daging dikonsumsi masyarakat itu aman. Apalagi daging baik untuk pertumbuhan anak karena proteinkan,” pungkasnya.